JMNpost.com | Aceh Timur, - Sejumlah orang tua murid Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Azhar di Idi Rayeuk Aceh Timur hari ini mendesak pihak sekolah segera memperbaiki fasilitas belajar yang dinilai jauh dari layak. Mereka juga menuntut adanya transparansi terkait penggunaan dana sekolah yang selama ini dibayarkan setiap bulan, Rabu 6 Agustus 2025.
Kondisi ruang kelas yang memprihatinkan menjadi keluhan utama. Lantai yang sudah aus, kursi dan meja yang sebagian rusak, serta ventilasi yang buruk membuat suasana belajar menjadi tidak nyaman. Padahal, setiap siswa diwajibkan membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar Rp250.000 per bulan. Orang tua murid menilai, iuran setinggi itu seharusnya mampu menjamin kenyamanan dan kelayakan sarana belajar, bukan justru membiarkan anak-anak belajar dalam kondisi yang jauh dari standar pendidikan layak.
“Kami berharap anak-anak kami bisa belajar dengan nyaman dan fokus,” ujar seorang ibu murid. “Kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari kurikulum, tetapi juga dari fasilitas yang mendukung. Kalau fasilitasnya begini, bagaimana mereka bisa maksimal belajar?”
Beberapa wali murid juga mempertanyakan kemana sebenarnya dana SPP dialokasikan. Mereka menilai, selama ini sekolah jarang memberikan laporan rinci soal penggunaan anggaran. Minimnya keterbukaan membuat dugaan publik berkembang bahwa manajemen sekolah tidak serius memprioritaskan perbaikan fasilitas dasar.
“Kalau pihak sekolah mau terbuka, kita pun tenang. Tapi kalau hanya diam, apalagi ketika fasilitas makin buruk, wajar kalau orang tua bertanya-tanya,” tambah wali murid lainnya.
Bagi para orang tua murid, masalah ini bukan sekadar soal kursi atau lantai rusak. Ini adalah cermin lemahnya komitmen sekolah dalam memberikan hak dasar anak untuk belajar dalam kondisi yang layak dan manusiawi.
JMNpost.com juga telah berupaya meminta konfirmasi langsung kepada Kepala Sekolah SDIT Al-Azhar, namun hingga berita ini dipublikasikan belum mendapatkan jawaban.
Kasus ini memicu pertanyaan besar tentang sejauh mana pengawasan terhadap standar fasilitas di sekolah swasta, terutama yang memungut biaya relatif tinggi namun gagal memberikan kenyamanan yang dijanjikan. Bagi para orang tua murid, masalah ini bukan sekadar soal kursi atau lantai rusak, melainkan cermin lemahnya komitmen sekolah dalam memberikan hak dasar anak untuk belajar dalam kondisi yang layak dan manusiawi.
Post a Comment