Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali memanas, dengan bentrokan terbaru terjadi pada 24 Juli 2025, mengakibatkan banyak korban jiwa dan ketegangan di perbatasan.
Latar Belakang Konflik
Konflik antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama bertahun-tahun, terutama terkait dengan sengketa wilayah di sekitar kuil kuno Prasat Ta Muen Thom. Wilayah ini diperebutkan karena dianggap sebagai warisan budaya oleh kedua negara. Ketegangan ini kembali meningkat pada bulan Juli 2025, ketika kedua belah pihak terlibat dalam baku tembak yang intens di sepanjang perbatasan.
Peristiwa Terbaru
Bentrokan 24 Juli 2025: Pada pagi hari, pasukan Kamboja dilaporkan melepaskan tembakan ke arah posisi militer Thailand, yang memicu serangan balasan dari Angkatan Udara Thailand menggunakan jet tempur F-16. Bentrokan ini menyebabkan sedikitnya 14 orang tewas, termasuk warga sipil dan tentara.
Korban Jiwa: Menurut laporan, sembilan warga sipil tewas di tiga provinsi berbeda akibat serangan tersebut, dan banyak lainnya mengalami luka-luka. Situasi ini memaksa ribuan warga sipil untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Tindakan Militer
Serangan Udara: Thailand mengklaim telah melakukan serangan udara terhadap target militer Kamboja sebagai respons terhadap serangan roket yang diluncurkan oleh Kamboja. Pihak Kamboja, di sisi lain, menuduh Thailand sebagai pihak yang memulai serangan.
Peningkatan Ketegangan: Kedua negara saling menyalahkan atas eskalasi konflik ini, dengan masing-masing pihak mengklaim bertindak untuk membela diri. Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan bahwa mereka hanya merespons serangan dari Thailand.
Situasi Saat Ini
Ketegangan di perbatasan masih berlangsung, dengan kedua belah pihak meningkatkan kesiagaan militer. Pemerintah Thailand telah mengeluarkan peringatan bagi warganya untuk menghindari daerah perbatasan dan memantau situasi dengan cermat.
Konflik ini menunjukkan betapa rumitnya hubungan antara Thailand dan Kamboja, yang dipengaruhi oleh sejarah panjang sengketa wilayah dan ketegangan nasional. Upaya diplomatik untuk meredakan situasi ini masih diperlukan untuk mencegah lebih banyak korban jiwa dan kerusakan.
Post a Comment