JMNpost.com | Aceh, - Lonjakan harga beras hingga mencapai Rp230 ribu hingga Rp260 ribu per sak di berbagai wilayah Aceh memicu keresahan luas. Situasi ini kian menyulitkan petani yang saat ini umumnya belum memasuki musim panen, bahkan sebagian besar masih dalam tahap musim tanam.
Di tengah kebutuhan untuk membayar ongkos bajak sawah serta biaya anak-anak yang baru memasuki tahun ajaran baru—seperti pembelian seragam, buku, dan perlengkapan sekolah—petani di Aceh kini harus menahan beban ganda akibat tingginya harga beras di pasaran.
Di Pasar Lhoksukon Aceh Utara, harga beras medium sudah mencapai Rp240 ribu per sak, sedangkan beras premium menembus Rp260 ribu. Di Aceh Timur dan Aceh Tamiang, kondisi serupa terjadi. Harga rata-rata berkisar antara Rp230 ribu hingga Rp250 ribu per sak. Sementara di Sigli, warga mengaku terpaksa berutang ke warung untuk memenuhi kebutuhan pangan.
M Amin (40), seorang warga Aceh Utara, mengaku terhimpit dengan kenaikan harga beras yang begitu cepat. “Sekarang belum musim panen, di sawah harus keluar biaya lagi untuk bajak. Anak-anak juga baru masuk sekolah, harus beli seragam dan buku. Sementara harga beras makin tinggi. Kami petani kecil benar-benar menjerit,” ucapnya kepada JMNpost.com, Jum'at (18/7/2025).
Hal serupa dialami Yusnidar (37), ibu rumah tangga di Aceh Timur. Ia mengatakan harus menghemat pengeluaran dapur agar beras yang dibeli dengan harga mahal bisa cukup hingga akhir bulan. “Kalau harga terus begini, kami tidak tahu harus makan apa nanti. Suami hanya buruh tani, penghasilan harian tidak cukup,” ujarnya dengan wajah resah.
Masri, tokoh masyarakat Aceh, menilai fenomena ini sebagai bukti kegagalan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan. Menurutnya, di tengah rakyat yang sedang berjuang mempersiapkan musim tanam dan menghadapi beban biaya sekolah, lonjakan harga beras yang tidak terkendali adalah bencana.
“Ini bukan sekadar harga naik, tapi sudah harga gila. Pemerintah harusnya hadir untuk rakyat kecil, bukan hanya jadi penonton ketika mafia beras bermain di pasar. Kalau tidak sanggup kendalikan harga, lebih baik akui saja ke rakyat daripada terus pura-pura peduli,” kritik Masri.
Post a Comment