Gaza Dibakar, Dunia Menjerit, Israel Tertawa



JMNpost.com | Gaza, 21 Mei 2025, – Ratusan warga Palestina yang tercerabut dari rumah mereka tampak mengantre panjang di luar Dapur Amal Sokar di Kota Gaza. Mereka menunggu giliran untuk mendapat jatah makanan yang bahkan tak cukup untuk satu keluarga kecil. Foto memilukan dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) menunjukkan barisan manusia yang kelaparan di tengah reruntuhan kota yang dibombardir.

Di saat dunia mengutuk, di saat bencana kemanusiaan memburuk secara brutal, Israel tetap maju dengan kebijakan ofensifnya di Gaza. Penembakan brutal di Washington DC atas staf muda kedutaan Israel memperkeruh situasi yang sudah bergejolak. Namun, alih-alih menurunkan tensi, Perdana Menteri Israel justru menggelar konferensi pers—langka tapi sumbang isinya.

Ia menolak kecaman internasional, bahkan dari sekutu utamanya, seperti Inggris, Kanada, dan Prancis. Gencatan senjata? Ia bersedia, katanya, tapi hanya “sementara”—itu pun sekadar untuk memulangkan sandera. Selebihnya, kampanye militer Israel akan terus digaspol demi satu ambisi: kendali penuh atas Gaza.

Kendali atas kehancuran, mungkin lebih tepatnya.

Sudah sebelas minggu Gaza diblokade total, konon untuk “menekan Hamas”. Tapi yang jelas tertekan adalah rakyat sipil. Minggu ini, setelah desakan bertubi-tubi dari komunitas internasional—dan peringatan soal potensi kelaparan massal—Israel mulai melonggarkan blokade. Puluhan truk bantuan PBB akhirnya boleh masuk. Tapi mari kita jujur: itu hanya tetes air di gurun penderitaan.

Sementara itu, pejabat-pejabat Israel sibuk menuding “antisemitisme” sebagai motif di balik pembunuhan staf kedutaan. Tapi banyak analis melihat hubungan yang lebih gamblang—ini buah dari frustrasi global terhadap aksi brutal Israel di Gaza. Dunia marah. Dunia jengah.

Seorang menteri Israel bahkan menyalahkan para pemimpin dunia. Perdana Menteri Inggris dan Kanada serta Presiden Prancis, katanya, “dengan cara yang berbeda-beda telah memperkuat kekuatan teror.”

Retorika yang barangkali cocok untuk mengalihkan fokus dari fakta bahwa dunia menyaksikan genosida di depan mata, dan hanya sedikit yang bisa menghentikannya.

 


Korban Penembakan, Yaron Lischinsky dan Sarah Lynn Milgrim 



Post a Comment

Previous Post Next Post