Opini:
Oleh: Fahmi
Dalam dunia yang penuh intrik kekuasaan, wartawan sering digambarkan sebagai pengawal kebenaran dan suara masyarakat. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka yang justru berperan sebagai busur panah bagi para penguasa, perusahaan besar, dan pemerintah yang gemar menyuap. Mereka bukan lagi pemburu fakta, melainkan penjaga kepentingan segelintir orang.
Busur panah adalah alat untuk melesatkan anak panah, dan dalam konteks ini, wartawan adalah busur yang mengarahkan informasi sesuai pesanan. Bukan hanya wartawan, banyak aktivis yang seharusnya menjadi pengawas justru ikut andil dalam permainan ini. Mereka menjual idealisme demi amplop tebal, membungkam kebenaran dengan dalih solidaritas, dan bersembunyi di balik jargon keadilan.
Fenomena ini adalah ironi. Mereka yang seharusnya menyuarakan kepentingan masyarakat justru menjadi tameng bagi para pemodal. Wartawan yang seharusnya menggali fakta kini hanya menulis berita pesanan. Aktivis yang mengklaim berjuang untuk rakyat malah menjadi mediator bagi perusahaan tambang yang merusak lingkungan.
Lebih parahnya, para aktivis ini biasanya hanya bersuara lantang ketika rakyat meluapkan emosi, ketika terjadi kemalangan atau tragedi. Di situ, mereka muncul mencari panggung, seolah menjadi pahlawan demi keadilan dan hak asasi manusia. Padahal, di balik layar, banyak dari mereka hanya mempermainkan penderitaan rakyat demi eksistensi.
Dan lebih mengerikan lagi, mereka bahkan rela membackup seluruh kesalahan pihak orang kaya. Mereka menjadi tameng bagi kekuasaan, membenarkan kesalahan, dan jika perlu, melawan sesama pers yang mencoba mengungkap fakta sebenarnya. Solidaritas berubah menjadi konspirasi, kebenaran dikorbankan demi kepentingan pribadi.
Apa yang terjadi? Ketika kebebasan pers dan independensi aktivis dikorbankan demi keuntungan pribadi, masyarakat menjadi korban. Informasi yang mereka terima hanyalah propaganda. Kebenaran dipelintir, kritik dibungkam, dan narasi dibentuk untuk melindungi mereka yang berkuasa.
Namun, harapan belum sepenuhnya sirna. Masih ada wartawan dan aktivis yang bertahan dengan integritasnya. Mereka adalah lilin dalam gelap, mengungkapkan fakta meskipun diancam dan dibungkam. Mereka adalah pengingat bahwa kekuasaan tanpa pengawasan adalah tirani.
Sebagai masyarakat, kita harus lebih kritis. Kita harus tahu siapa yang menjadi busur panah kebenaran dan siapa yang hanya menjadi tameng kepentingan. Karena hanya dengan informasi yang jujur, kita bisa memahami dunia ini dengan benar.
Post a Comment