![]() |
Foto : Screenshot Video Lagu “Sumpah Dulu Kini Kau Ingkari” pada akun youtube RapperBebas |
JMNpost.com | Aceh, - Wakil Gubernur Aceh, Fadlullah, belum lama ini menyampaikan pernyataan kontroversial yang mengundang reaksi publik. Dalam pertemuan bersama Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, ia menegaskan bahwa seluruh elemen Aceh telah sepakat untuk tidak lagi menggunakan istilah "Merdeka Aceh".
“Kami membawa tokoh-tokoh penting dari berbagai wilayah dan latar belakang politik di Aceh sebagai bentuk representasi bahwa seluruh elemen Aceh sepakat: tidak ada lagi kata ‘Merdeka Aceh’Yang ada adalah kerja bersama membangun Aceh,” ujar Fadlullah dalam pertemuan yang diliput sejumlah media nasional.
Pernyataan ini muncul di tengah pembahasan revisi Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang akan menentukan arah hubungan antara Aceh dan pemerintah pusat ke depan. Namun bagi sebagian masyarakat Aceh, pernyataan ini terdengar seperti penghapusan memori sejarah dan pengkhianatan terhadap perjuangan masa lalu.
Kekecewaan itu kemudian menemukan suaranya dalam bentuk musik. Sebuah lagu rap berjudul "Sumpah Dulu Kini Kau Ingkari", yang diunggah oleh channel YouTube RapperBebas, tampil sebagai seruan kritik tajam. Lagu ini tak hanya bernyanyi, ia mengkritik mereka yang dulu bersumpah memperjuangkan Aceh merdeka, namun kini duduk nyaman di lingkar kekuasaan sambil melupakan ikrar mereka sendiri.
“Saya bersumpah memperjuangkan Aceh merdeka, kalimat itu keluar dari lidahmu... Tapi sekarang, kau bilang perjuangan sudah selesai. Kau jual darah syuhada demi senyum barisan penguasa penghianat bejat.”
Liriknya menyebut langsung bahwa sumpah yang dulu diucapkan atas nama Allah dan Al-Qur’an kini diludahi. Lagu ini juga menyoroti transformasi mantan pejuang menjadi elite birokrasi yang dianggap telah mencabik cita-cita perjuangan hanya demi kenyamanan pribadi dan posisi politik.
Lagu tersebut menyebutkan nama Wali Hasan Tiro sebagai sosok yang rela kehilangan segalanya demi satu kata: Merdeka. Kontras dengan mereka yang kini, menurut lagu tersebut, “menginjak sumpah seperti tanah biasa.”
“Sumpah itu bukan hanya kata. Itu darah, itu luka, itu cita-cita. Tapi kini kau cabik, kau khianati cita Aceh dengan bangga.”
Tidak disebutkan secara langsung siapa yang menjadi target kritik, namun arah dan momennya jelas: lagu ini muncul setelah pernyataan Wakil Gubernur yang menghapus kata "merdeka" dari narasi politik Aceh.
Bagi sebagian masyarakat, terutama generasi muda yang masih menyimpan luka sejarah, lagu ini menjadi bentuk ingatan yang hidup. Musik menjadi senjata untuk melawan narasi pelupaan dan penghapusan sejarah. Sebuah pengingat bahwa perjuangan tidak bisa dipensiunkan hanya lewat satu kalimat birokratis.
Aceh mungkin telah berubah dalam sistem pemerintahan, tetapi lagu ini menunjukkan bahwa bagi sebagian orang, memori perlawanan belum selesai.
Post a Comment