JMNpost.com | Yaman, - Militer Israel menghantam Bandara Internasional Sanaa dengan empat serangan udara pada Rabu pagi, menghancurkan satu-satunya pesawat yang disiapkan untuk mengangkut jamaah haji ke Arab Saudi.
Serangan tersebut menyasar landasan pacu dan armada Yemeni Airlines. Direktur Bandara Sanaa, Khaled al-Shaif, menyebut Israel secara sengaja menargetkan “pesawat fungsional terakhir” milik maskapai tersebut. Pernyataan itu disampaikan lewat akun resmi X miliknya, menggambarkan serangan sebagai sabotase atas keberangkatan jamaah haji dari Yaman.
Berdasarkan data dari Flightradar24 yang dikutip Al Jazeera, pesawat jenis Airbus A320-233 yang hancur tersebut sebelumnya tiba dari Amman, Yordania, dan dijadwalkan bertolak ke Jeddah dengan membawa jamaah haji. Bandara Sanaa sebelumnya telah mengumumkan jadwal dua penerbangan harian menuju Jeddah selama sembilan hari ke depan dalam rangka musim haji.
Israel berdalih serangan itu merupakan respons atas aksi kelompok Houthi yang menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza. Namun, bagi banyak pihak, serangan ke fasilitas sipil seperti bandara dianggap telah melewati batas.
Pemimpin Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, menyebut serangan Israel di Bandara Sanaa sebagai bentuk upaya untuk melemahkan solidaritas rakyat Yaman terhadap Palestina. Dalam pidatonya beberapa jam setelah serangan, al-Houthi menegaskan bahwa Israel ingin mengisolasi perjuangan Palestina dan menghalangi dukungan dari dunia Islam. “Kami tetap berdiri di samping rakyat Palestina yang tengah mengalami penderitaan tak terperi,” tegasnya, dikutip kantor berita pemerintah SABA.
Al-Houthi menyebut kemungkinan Israel menyerang bandara untuk menggagalkan pengangkutan jamaah haji, namun menurutnya,
“Insya Allah mereka akan gagal.”
Dukungan terhadap Yaman juga disuarakan kelompok Hizbullah di Lebanon. Dalam pernyataan resminya, Hizbullah mengecam serangan tersebut sebagai
“agresi biadab” dan menuntut reaksi keras dari negara-negara Arab dan komunitas internasional. Mereka menyebut serangan Israel sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa serangan udara tersebut menghancurkan “sasaran teror” Houthi dan pesawat terakhir milik Yemeni Airlines sebagai bagian dari kebijakan pembalasan Israel.
“Ini pesan tegas: siapa pun yang menyerang Israel akan membayar mahal,” katanya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menambahkan bahwa Houthi hanyalah perpanjangan tangan Iran.
"Yang mendorong agresi dari Yaman adalah Teheran. Iran yang sesungguhnya berada di balik ini semua,” ujar Netanyahu dalam pernyataan resmi.
Kelompok Houthi telah berulang kali menyerang Israel sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober 2023. Bahkan pekan lalu, Houthi mengancam akan memberlakukan blokade laut di Pelabuhan Haifa menyusul meningkatnya serangan Israel ke Gaza.
Pada 4 Mei lalu, satu proyektil yang ditembakkan Houthi dilaporkan jatuh di dekat Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv. Serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah sejak November 2023 telah memicu serangan balasan dari Amerika Serikat dan Inggris sejak awal 2024.
Meski demikian, awal Mei ini, AS dan Houthi menyepakati gencatan senjata yang mengakhiri rangkaian serangan udara intensif terhadap basis militan di Yaman.
Post a Comment