Tiongkok mengirim pesan video tegas kepada Trump: Kami tidak akan 'berlutut'

JMN
Truk bergerak di tengah kontainer yang ditumpuk di pelabuhan terminal kontainer di Sungai Yangtze di kotamadya Chongqing, China barat daya. Foto: AP


JMNpost.com | Dalam sebuah pernyataan diplomatik yang tajam, Kementerian Luar Negeri Tiongkok merilis video provokatif di media sosial yang mengkritik keras kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump. Video ini menyampaikan pesan kuat kepada masyarakat internasional agar bersatu melawan dominasi ekonomi Amerika.

"Menyerah pada penindas sama saja seperti menenggak racun demi meredakan haus—hanya akan memperburuk keadaan," ujar narasi dalam video berdurasi singkat itu, yang ditayangkan dalam bahasa Inggris dengan terjemahan Mandarin. "Sejarah telah membuktikan bahwa mengalah tak pernah menghasilkan belas kasihan. Justru, berlutut hanya mengundang tekanan lebih lanjut. Tiongkok tidak akan tunduk."

Dalam video tersebut, Tiongkok menyuguhkan kilas balik sejarah, menuduh Amerika telah menggunakan taktik tekanan ekonomi terhadap berbagai perusahaan asing, seperti Toshiba dan Alstom, yang berujung pada kehancuran bisnis dan krisis berkepanjangan. Jepang bahkan disebut mengalami “dekade pertumbuhan stagnan” akibat tekanan ekonomi dari Washington.

Berbeda dari gambaran Amerika, Tiongkok menampilkan diri sebagai pendukung perdagangan global yang terbuka dan adil—menawarkan stabilitas dan kemitraan yang saling menguntungkan bagi negara lain.

"Tiongkok akan tetap teguh berdiri, tak peduli seberapa kencang badai menerpa," lanjut narator. "Harus ada yang melangkah, menyalakan obor untuk menerangi jalan dalam kabut."

Pesan dalam video tersebut tidak secara eksplisit menyebut tarif 145% yang diberlakukan AS terhadap produk Tiongkok, maupun respons Tiongkok yang menaikkan bea masuk hingga 125% terhadap barang-barang asal AS. Namun, momen publikasi video ini sangat bertepatan dengan memuncaknya ketegangan dagang, menunjukkan sikap Tiongkok yang tak sudi tunduk pada tekanan Trump.

Sementara Trump menyatakan bahwa tarif terhadap barang-barang asal China mungkin akan berkurang, ia juga mendesak agar Tiongkok menyodorkan tawaran dagang yang lebih “kuat.” Meskipun ia mengklaim komunikasi tetap berlangsung, pihak Tiongkok membantah bahwa ada negosiasi aktif yang berjalan.

Di sisi lain, AS dikabarkan sedang menjajaki kesepakatan dagang baru dengan 17 negara selama periode penangguhan tarif hingga 50% terhadap sejumlah negara sahabat. Menteri Keuangan AS saat itu, Scott Bessent, menyebut tarif-tarif tinggi tersebut “tidak berkelanjutan” dan mengisyaratkan akan adanya pelonggaran di masa mendatang.

Melalui video tersebut, Tiongkok menyerukan kepada negara-negara lain agar tidak berpihak kepada Amerika dan justru memperkuat solidaritas global. Pesan penutup video itu menyampaikan bahwa membela diri justru membuka peluang untuk kerja sama yang sejajar dan menghentikan bentuk-bentuk penindasan internasional.

Tiongkok juga dengan lantang menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak layak dianggap sebagai representasi dunia. Menurut mereka, kontribusi perdagangan AS hanya mencakup kurang dari 20% volume global.

"Jika seluruh dunia bersatu, maka AS tak lebih dari perahu kecil yang terombang-ambing," sebut narasi dalam video. "Jangan tertipu—AS akan terus bersikap plin-plan dan bertindak agresif."


Editor.   : Ayahdien 

Post a Comment

Previous Post Next Post