JMNpost.com | Aceh Timur Banjir besar yang melanda hampir seluruh wilayah Aceh Timur sejak Kamis hingga Sabtu pekan ini meninggalkan kerusakan luas dan membuat ribuan warga terdampak tanpa akses bantuan memadai. Hujan deras berhari-hari membuat sungai meluap, merendam permukiman, memutus jalan, dan menghanyutkan rumah warga. Kondisi ini digambarkan penduduk seperti “bagaikan usai tsunami”.
Di banyak titik, warga masih bertahan tanpa makanan karena akses distribusi logistik terputus. Listrik padam total, jaringan komunikasi mati, dan tidak terlihat adanya alat evakuasi sigap yang mampu menjangkau desa-desa terisolasi. Sejumlah jembatan dilaporkan rusak, kendaraan hanyut, serta ribuan warga mengungsi ke tempat lebih tinggi dengan alat seadanya.
Asnawi alias Yanti, eks kombatan GAM sekaligus mantan anggota DPRK Aceh Timur, hari ini menyampaikan kritik keras atas minimnya kesiapsiagaan pemerintah dalam menghadapi banjir tahunan yang semakin memburuk. Ia menilai bencana besar kali ini merupakan dampak dari hutan dan gunung di kawasan hulu yang digunduli oleh oknum tertentu. “Air turun tanpa kendali karena di atas sudah gundul. Sudah tidak ada lagi penahan. Kita seperti disapu air bah, rumah hilang, warga kelaparan, tapi alat evakuasi pun tidak ada,” ujarnya 3 Desember 2025.
Asnawi menegaskan bahwa kerusakan merata hampir di seluruh Aceh Timur, dan yang dialami masyarakat tidak ubahnya seperti pascabencana besar. “Memalukan sebenarnya, kabupaten seluas ini tapi satu speed boat pun tidak ada di lokasi saat warga terjebak. Jalan putus, listrik mati, semua lumpuh,” katanya 3 Desember 2025.
Dalam pernyataannya hari ini, Asnawi mengajukan harapan sekaligus tuntutan yang ia sebut sebagai kebutuhan mendesak. Ia meminta pemerintah daerah wajib menyediakan minimal satu speed boat siaga di setiap kecamatan di Aceh Timur, tanpa pengecualian. Menurutnya, keberadaan armada air itu bukan lagi fasilitas tambahan, melainkan alat penyelamatan dasar yang harus tersedia permanen. “Setiap kecamatan harus punya speed boat sendiri, bukan pinjam-pinjam, bukan saling tunggu. Ini kebutuhan hidup-mati warga saat banjir besar seperti sekarang. Kalau bisa, desa-desa rawan juga punya. Karena banjir berikutnya sudah pasti datang selama hulu tetap gundul,” tegasnya 3 Desember 2025.
Ia menambahkan bahwa pemerintah tidak boleh lagi sebatas reaktif setelah bencana terjadi, melainkan harus menyiapkan sistem mitigasi yang nyata dan terukur. “Jangan tunggu korban baru sibuk. Kita butuh alat, bukan janji. Speed boat itu alat pertolongan pertama bagi masyarakat yang terjebak banjir. Pemerintah harus anggarkan sekarang, bukan tahun depan,” ujarnya 3 Desember 2025.
Hingga berita ini diterbitkan, petugas BPBD dan aparat terkait masih berupaya menjangkau wilayah-wilayah yang terisolasi, namun kerusakan infrastruktur membuat proses evakuasi dan pendataan berjalan lambat.
إرسال تعليق