Yayasan Geutanyoe Gelar Webinar Interaktif Peringati Hari Dunia Melawan Perdagangan Orang

JMNpost.com | Banda Aceh Dalam rangka memperingati World Day Against Trafficking in Persons 2025, Yayasan Geutanyoe menyelenggarakan webinar interaktif bertema perlindungan korban perdagangan orang, Rabu 30 Juli 2025. Kegiatan ini didukung oleh Global Initiative Resilience Fund dan bekerja sama dengan BP3MI Aceh.

Webinar ini berlangsung secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung dari Ruang Tengah Geutanyoe di Kantor Yayasan Geutanyoe, Banda Aceh. Acara ini menjadi bagian dari komitmen kolektif untuk memperkuat kesadaran publik serta memperluas pemahaman terhadap bahaya perdagangan orang, khususnya di wilayah Aceh.

Hadir sebagai narasumber utama, H. Sudirman Haji Uma, S.Sos, anggota DPD RI asal Aceh, yang membagikan pengalamannya dalam mendampingi dan memfasilitasi pemulangan pekerja migran Indonesia korban TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang). Dalam paparan menyentuh, ia menyampaikan pesan dalam bahasa Aceh yang mengajak masyarakat untuk hidup sederhana dan bermartabat.

"Tajak ube leut tapak, taduk ube leut punggung, tajak beulaku linggang, ta pinggang beulaku ija," ujarnya. Pesan tersebut mengandung makna agar setiap langkah hidup dijalani secukupnya dan penuh kehormatan.

Sementara itu, Kepala BP3MI Aceh, Siti Rolijah, S.H., M.Hum, menekankan pentingnya mengikuti prosedur resmi bagi warga yang ingin bekerja ke luar negeri. Ia menyampaikan bahwa jalur ilegal sangat rentan terhadap eksploitasi dan tindak pidana perdagangan orang.

"Jangan sampai niat bekerja menjadi petaka karena terjebak dalam sindikat perdagangan orang. Pemerintah akan selalu hadir memberikan dukungan bagi siapa pun yang ingin bekerja secara legal," tegasnya.

Direktur Yayasan Geutanyoe, Al-Fadhil, dalam sambutannya menyampaikan bahwa perdagangan orang masih menjadi persoalan serius di Aceh. Ia menilai diperlukan partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat sipil, hingga komunitas lokal untuk melawan kejahatan tersebut.

“Sesi dialog ini adalah langkah awal membangun kesadaran kolektif. Ini edisi perdana, dan kami akan melanjutkannya dengan sesi-sesi lain yang lebih dalam, menghadirkan para pakar dan praktisi pencegahan TPPO,” ucapnya.

Diskusi yang dimoderatori oleh Linawati, S.Pd., ini membahas berbagai aspek TPPO, mulai dari modus operandi pelaku, hambatan dalam penegakan hukum, hingga strategi pemberdayaan korban agar dapat pulih dan mandiri.

Peserta webinar berasal dari berbagai latar belakang, termasuk unsur pemerintah, organisasi masyarakat sipil, akademisi, pemuda, mahasiswa, dan pelajar. Diskusi ini diharapkan menjadi pencerahan, terutama bagi generasi muda untuk lebih waspada terhadap potensi bahaya perdagangan orang.

REDAKSI

Post a Comment

Previous Post Next Post