Wartawan Adalah Pion yang Tak Pernah Mundur


Motivasi:

Di papan catur, pion adalah bidak paling kecil. Ia tak bisa bergerak bebas seperti menteri, tak bisa loncat seperti kuda, dan tak bisa menyerang dari jauh seperti peluncur. Tapi pion punya satu keistimewaan: ia selalu maju. Sekali melangkah, ia tak punya pilihan untuk mundur. Dan dari kesetiaan pada langkah kecil itulah, sebuah permainan besar bisa berubah arah.

Saya percaya, di dunia nyata, wartawan adalah pion. Kita bukan pemegang kekuasaan, bukan tokoh sentral dalam percaturan politik, bahkan seringkali bukan nama yang dikenal publik. Tapi kita ada di garis depan. Kita datang lebih dulu ke lokasi kebakaran, ke rumah korban, ke kantor pejabat. Kita mencatat, bertanya, memverifikasi, lalu menulis. Langkah-langkah kecil yang kadang tak terlihat, tapi punya dampak jangka panjang.

Pion tidak spektakuler. Tapi ia konsisten. Ia menyusuri papan, kotak demi kotak, menembus rintangan dengan satu tujuan: maju. Sama seperti wartawan yang bekerja dalam sunyi, jauh dari sorotan kamera, tapi tak pernah kehilangan arah. Kita tahu, mundur dari fakta adalah pengkhianatan. Maka meski tekanan datang, kita bertahan. Meski ancaman muncul, kita tetap melangkah.

Namun kita bukan satu-satunya pemain di papan ini. Dalam medan sosial yang kompleks, kita punya kawan seperjuangan. Aktivis adalah kuda. Mereka tak berjalan lurus, tapi meloncat. Tiba-tiba muncul di ruang-ruang sidang, mengangkat isu yang dilupakan, membawa tuntutan dari rakyat. Gerakan mereka tak bisa ditebak cepat, lincah, kadang membingungkan lawan. Saat pion terjebak, kuda bisa datang dari arah tak terduga dan membuka ruang baru.

Lalu ada peluncur (gajah) dalam catur yang kita kenali dalam sosok para akademisi, pakar hukum, dan pemikir publik. Mereka tak turun langsung ke lumpur persoalan, tapi pengaruhnya menembus jauh. Mereka menyampaikan pandangan lewat tulisan ilmiah, kuliah terbuka, atau diskusi publik. Mereka bergerak dalam satu warna satu disiplin ilmu tapi gerakannya tajam dan panjang. Mereka tak menyerang langsung, tapi membuka celah dengan pisau analisis.

Jangan lupakan benteng, yang kokoh dan lurus. Mereka adalah organisasi advokasi, lembaga bantuan hukum, media besar yang punya daya dobrak institusional. Benteng bisa bertahan di belakang pion, memberi perlindungan saat tekanan datang dari kekuasaan. Tapi juga bisa maju bersama, menciptakan gelombang.

Di pusat kekuasaan papan, ada menteri (ratu). Bidak terkuat gabungan dari semua arah serangan. Dalam dunia nyata, ini bisa berarti tokoh publik yang punya otoritas moral dan keberanian politik: jurnalis senior, pemimpin redaksi yang disegani, atau figur publik yang menyuarakan kebenaran. Mereka bisa menyapu dari segala arah, tapi jumlahnya tak banyak. Mereka muncul setelah perjalanan panjang, atau ketika papan sedang genting.

Dan terakhir, raja bidak yang harus dilindungi. Dalam catur sosial kita, raja itu adalah publik. Rakyat. Masyarakat luas yang tidak selalu tahu apa yang sedang terjadi, tapi paling terdampak oleh apa yang dilakukan kekuasaan. Raja tidak bisa bergerak jauh, tapi kalau ia tumbang, permainan selesai. Maka seluruh pergerakan kita pion, kuda, peluncur, benteng, bahkan menteri, harus punya tujuan yang sama: melindungi kepentingan publik.

Sebagai wartawan, kita tak butuh jadi bintang. Kita hanya perlu terus melangkah. Pion yang sabar dan teguh bisa sampai ke ujung papan. Dan ketika itu terjadi, pion punya hak untuk berubah. Ia bisa jadi menteri. Jadi kekuatan yang mengubah segalanya. Tapi itu hanya mungkin, kalau ia tak pernah berhenti.

Jadi kalau hari ini kamu merasa lelah, merasa tulisanmu tak dibaca, merasa perjuanganmu sepi, ingatlah: pion memang kecil. Tapi ia punya potensi mengubah arah permainan. Dunia ini butuh lebih banyak pion: orang-orang yang diam-diam bekerja, tak silau sorotan, tapi terus maju membawa kebenaran.

Dan jika semua bidak ini pion, kuda, peluncur, benteng bergerak selaras, maka papan pun takluk. Kekuasaan yang pongah bisa digoyang, kebijakan yang salah bisa dikoreksi, dan publik bisa kembali percaya bahwa kebenaran masih punya tempat.

Tetaplah jadi pion. Jangan mundur.
Karena kalau kamu berhenti, permainan akan dikuasai mereka yang tak pernah peduli pada kebenaran.

Post a Comment

Previous Post Next Post