Opini:
Oleh: Mahdi (Pemerhati Lingkungan)
Program Bimbingan Teknis (Bimtek) website desa yang tengah dirancang Pemerintah Kabupaten Aceh Timur belakangan ramai dibicarakan. Banyak yang mempertanyakan relevansi dan urgensinya di tengah kondisi desa-desa yang masih menghadapi berbagai persoalan mendasar. Wajar jika muncul suara-suara kritis, karena kebijakan sekecil apa pun harus berpijak pada kebutuhan nyata masyarakat.
Website desa bisa menjadi jendela dunia bagi desa-desa kita yang selama ini tertutup oleh keterbatasan akses dan informasi. Lewat digitalisasi, desa bisa mempublikasikan informasi anggaran, kegiatan pembangunan, serta mempromosikan hasil pertanian, perikanan, dan usaha kecil masyarakat. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal pemberdayaan dan kemandirian.
Petani dan nelayan pun bisa merasakan manfaatnya. Bayangkan jika hasil panen atau tangkapan laut bisa langsung dipasarkan melalui platform digital desa, tanpa harus bergantung pada tengkulak atau pasar luar yang tidak berpihak. Dengan pelatihan yang tepat, para pemuda desa bisa menjadi motor penggerak ekonomi digital lokal—menjadi admin, pengelola konten, atau bahkan membuka layanan berbasis IT di kampung sendiri.
Saya percaya bahwa digitalisasi bukan pengganti kebutuhan dasar, tapi pelengkap yang sangat penting untuk mempercepat pencapaian kesejahteraan desa. Sambil terus memperjuangkan irigasi, alat tangkap, dan akses modal bagi petani dan nelayan, kita juga tidak boleh ketinggalan dalam hal teknologi. Dunia sudah berubah, dan desa juga harus berani mengikuti arus perubahan dengan bijak.
Program bimtek ini juga bisa menjadi ruang belajar dan penguatan kapasitas aparatur desa. Tidak semua perangkat desa familiar dengan teknologi, tapi lewat program seperti ini, mereka bisa mulai membangun kompetensi yang sangat dibutuhkan di era sekarang. Ketika sistem informasi desa berjalan baik, maka semua urusan, mulai dari administrasi, data warga, hingga pelayanan bantuan, bisa lebih cepat dan akurat.
Tentu pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan kondisi tiap desa. Tidak harus seragam, tapi bisa fleksibel sesuai kesiapan dan kebutuhan. Yang terpenting, semangatnya adalah kolaboratif dan terbuka. Masyarakat diajak terlibat, pemuda diberi peran, dan hasilnya kembali ke desa itu sendiri.
Saya mendukung sepenuhnya langkah Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dalam mewujudkan desa digital. Ini adalah investasi jangka panjang yang dampaknya bisa besar jika dikelola dengan baik. Mari kita ubah cara pandang: teknologi bukan milik kota saja—desa pun berhak mendapatkan manfaatnya.
Kini saatnya semua elemen desa bersatu menyukseskan program ini. Perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuda, petani, nelayan—semua bisa mengambil bagian. Karena desa yang cerdas secara digital adalah desa yang siap menghadapi tantangan zaman, tanpa meninggalkan akar budayanya.
Post a Comment