Oleh Muhammad Subhan
DUNIA tak benar-benar berubah-yang bergeser adalah cara kita menampilkannya.
Jika dulu panggung hidup terbatas pada ruang nyata, kini ia berpindah ke layar.
Sekarang ada FB Pro-Facebook Profesional. Bukan sekadar ruang membagikan kabar. Ia menjelma etalase kehidupan, panggung pertunjukan, bahkan ladang penghasilan.
FB Pro menawarkan tampilan berbeda. Bukan lagi akun pribadi, melainkan halaman digital seorang tokoh-pun yang bukan tokoh.
Siapa pun bisa menjadi sesuatu. Dengan modal sinyal dan keinginan. Dengan satu sentuhan jempol dan ide, dunia bisa menoleh.
Awalnya, FB Pro mungkin hanya sebuah fitur. Tambahan kecil di tengah lalu lintas konten yang padat. Namun, ia tumbuh cepat. Layaknya benih di tanah subur, disiram ambisi dan waktu senggang.
Tak hanya para pebisnis, selebritis, tapi juga para penulis, konten kreator, ibu rumah tangga, buruh kasar, dan siapa saja yang ingin suaranya menggema lebih jauh.
Sebagai penulis, saya juga menggunakannya. Bukan untuk mengejar cuan semata, tapi sebagai jembatan. Untuk menyampaikan pikiran, gagasan, tulisan, dan keresahan.
FB Pro, adalah ruang ekspresi yang lebih luas, karena jangkauannya luas.
Bonusnya? Jika ada orang menabur bintang, itu hanya bunga di pinggir jalan. Tujuan utamanya tetap: menulis dan menjangkau hati pembaca.
FB Pro bukan tanpa cahaya. Ia membuka pintu-pintu yang sebelumnya terkunci. Potensi monetisasi bukan sekadar mimpi.
Kreator bisa menerima bayaran dari konten. Ada langganan, ada bintang, ada bonus, dan lain-lain. Konten pun bisa terukur: berapa yang menonton, berapa yang terhubung. Semuanya rapi dalam dasbor profesional.
Bagi pelaku UMKM, ini berkah. Usaha kecil bisa dikenal luas. Bagi musisi dan seniman, ini panggung. Bagi aktivis, ini corong suara.
Dan bagi guru, pegiat literasi, ini kelas terbuka tanpa batas dinding.
Tapi seperti semua yang bercahaya, bayang-bayang pun membuntuti.
FB Pro juga mengandung racun dalam cawan madu. Ketika “cuan” menjadi tujuan, maka etika sering disimpan di laci sunyi. Konten pun berubah arah. Tak lagi edukatif, tapi provokatif. Tak lagi informatif, tapi sensasional.
Banyak pengguna mulai menari di atas tragedi. Kesedihan orang lain dijadikan umpan. Kemiskinan dijadikan tontonan. Bencana jadi kesempatan. Empati perlahan mati. Diganti dengan emoji dan angka-angka keterlibatan.
Ada pula plagiarisme. Menyalin tanpa mencantumkan nama. Karena kecepatan dianggap lebih penting dari kebenaran. Hoaks pun menyelinap. Berkembang cepat seperti virus. Karena yang dicari bukan kebenaran, melainkan keterlibatan.
Privasi? Itu kata yang mulai usang. Karena FB Pro membuat batas rumah tangga dan ruang publik jadi kabur. Wajah jenazah bisa muncul di beranda. Anak menangis direkam tanpa malu. Bilik tidur menjadi bilik publik. Yang selayaknya tertutup dibiarkan tersingkap. Terbuka. Perkelahian terekam demi like. Semuanya dengan satu tujuan: viral!
Ada pula candu yang diam-diam menyusup. Kecanduan pengakuan. Rasa ingin ditonton, dibaca, diperhatikan.
Sekali dapat like, ingin dua. Dua menjadi sepuluh. Sepuluh menjadi seratus. Seratus menjadi kebutuhan. Dan pelan-pelan, jati diri larut dalam algoritma.
Di saat seperti itu, seseorang bisa kehilangan dirinya. Bukan karena lupa, tapi karena terlalu sibuk menjadi versi yang menarik bagi orang lain.
Namun, tak semua gelap. FB Pro juga bisa menyala terang.
Jika digunakan dengan nurani dan nalar. Ia bisa menjadi ruang berbagi yang mendidik. Bukan hanya menghibur, tapi mencerahkan. Bukan hanya menonjolkan diri, tapi memberdayakan orang lain.
Ada banyak hal baik yang bisa tumbuh di FB Pro.
Kita bisa menyebar kisah inspiratif. Mendorong UMKM lokal naik kelas dan lebih produktif. Menggalang dana untuk pendidikan. Untuk taman bacaan. Menghidupkan literasi digital. Membangun komunitas yang saling terhubung dan mendukung.
FB Pro bisa menjadi ruang beradab, jika para penggunanya tak melupakan akar moral, jika setiap unggahan disaring oleh hati nurani, dan jika tujuan utamanya tetap: menyebarkan kebaikan.
Renungannya begini: FB Pro bukan yang membuat manusia jadi buruk. Ia hanya cermin. Apa yang dipantulkan, tergantung siapa yang berdiri di depannya.
Jika pengguna membawa niat baik, maka pantulan kebaikanlah yang akan tersebar. Jika ia membawa keburukan, cermin itu pun memantulkan sisi gelap dunia.
Maka, pertanyaan utamanya bukan: “Apakah kamu sudah memakai FB Pro?” Tapi: “Untuk apa kamu menggunakannya?”
FB Pro adalah peluang dan tantangan. Ia bisa menjadi ladang amal atau ladang gaduh. Bisa menjadi jembatan perubahan atau lubang kejatuhan. Pilihan ada pada jari dan nurani kita.
Gunakan FB Pro dengan tujuan yang mulia. Jadikan ia ruang untuk tumbuh, bukan untuk rusuh. Jadikan ia alat berbagi, bukan senjata menyakiti.
Karena dalam dunia yang semakin sunyi oleh kepalsuan, satu konten yang jujur dan tulus bisa menjadi pelita yang menuntun banyak orang.
Dan kelak, ketika kita menoleh ke belakang, bukan jumlah bintang atau pengikut yang kita ingat, tetapi nilai apa yang kita tanam di jejak digital kita.
Karena dunia maya pun menulis sejarah. Dan sejarah itu, akan selalu bertanya: kita datang sebagai siapa-dan pergi meninggalkan apa? []
Baca juga di https://majalahelipsis.id/fb-pro/
Post a Comment