Ditabrak Saat Nyebrang Didepan Masjid Simpang Ulim, Ayah Korban Minta Tanggung Jawab Pelaku

Ditabrak Saat Nyebrang Didepan Masjid Simpang Ulim, Ayah Korban Minta Tanggung Jawab Pelaku



JMNpost.com | Aceh Timur, - Tian Suci Aulia Syahidah (18), mahasiswi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, mengalami kecelakaan saat henda menyeberang jalan di depan Masjid Simpang Ulim, Aceh Timur, Jumat pagi (27/6/2025) sekira pukul 10.30 WIB.

Saat kejadian, Tian yang akrab disapa Tian, sedang bersama adiknya Agha Ghanim Qhariz (8), siswa SDN 1 Simpang Ulim.

Korban merupakan anak dari Sofyan, seorang penyandang disabilitas asal Gampong Blang, Simpang Ulim. Tian mengendarai sepeda motor Honda Vario merah bernomor polisi BL 5743 DBG, usai membeli fitting lampu bersama adiknya. Saat hendak menyeberang dari depan mobil Innova Reborn yang terparkir, tiba-tiba sebuah sepeda motor Honda Scoopy berwarna abu-abu menghantam bagian depan stang motor Tian.

Benturan itu menyebabkan Tian jatuh tertimpa sepeda motornya, sementara adiknya terpental ke arah motor. Diduga pengendara Scoopy adalah warga Langkahan, Aceh Utara, yang saat itu membonceng seorang perempuan. Pelaku juga diduga tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan tidak menunjukkan itikad baik setelah kejadian.

Tian sempat dirawat di Puskesmas Simpang Ulim sebelum dirujuk ke RSUD dr. Zubir Mahmud. Sementara adiknya hanya mengalami luka ringan dan dibawa ke pengobatan tradisional.


Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa Tian tidak mengalami luka terbuka atau pendarahan serius, namun bagian jari manis dan kelingking tangan kanannya mengalami patah dan retak tulang. Yang membuatnya terpukul secara psikis, sisi kanan tubuhnya hingga kini belum dapat digerakkan sama sekali.

Tian adalah mahasiswi jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USK. Jurusan ini menuntut aktivitas fisik yang tinggi, mulai dari latihan tari, pentas teater, hingga bermain alat musik. Kini semua itu terancam berhenti total.

“Saya kuliah di jurusan seni. Kalau badan tidak bisa gerak, saya enggak tahu harus bagaimana lagi. Saya bingung. Sedih,” ucap Tian pelan, menahan air mata.

Ketakutan juga datang dari sang ayah, Sofyan. Dalam kondisi sebagai seorang penyandang disabilitas, ia justru menjadi satu-satunya penopang keluarga yang harus membawa Tian ke rumah sakit. Tak kuat menahan beban emosional dan fisik, Sofyan ikut drop dan dirawat karena serangan jantung ringan.

“Kami takut, Tian cacat seumur hidup. Anak saya punya cita-cita besar. Kalau dia enggak bisa jalan atau gerak lagi, hancur semua harapan dan masa depannya,” ungkap Sofyan dengan suara gemetar.

Yang membuat luka mereka makin dalam, si pengendara Scoopy yang menabrak Tian tak kunjung muncul untuk meminta maaf atau menunjukkan tanggung jawab. Pelaku diduga warga Langkahan, Aceh Utara, mengendarai motor tanpa SIM dan membonceng seorang perempuan—kemungkinan istrinya. Setelah menabrak, pelaku sempat berhenti, lalu pergi. Tak ada permintaan maaf. Tak ada kabar.

“Kami tidak ingin balas dendam. Kami hanya ingin keadilan. Anak kami sekarang menderita, dan pelaku seolah tidak peduli,” kata Nurhayati, ibu Tian, dengan mata sembab.

Kini, pihak keluarga berencana melaporkan kejadian ini secara resmi ke pihak kepolisian, agar pelaku diproses hukum dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Tian, gadis kuat yang biasanya menari dengan lincah di aula kampus, kini hanya bisa terbaring, menggenggam pelan tangan ibunya. Di matanya, bukan rasa sakit yang paling jelas, tapi ketakutan akan masa depan yang tiba-tiba gelap.

Post a Comment

Previous Post Next Post